Minggu, 25 Januari 2009

Konsep Ekonomi Islam

KONSEP EKONOMI KAFFAH

(DR.IR.H.Roikhan,MA.MM)
(S1-ITB, S2-MMUI, S3-UIN)
(Dow Jones, Telerate, Bridge, Moneyline, Reuters)
(UIN, IAIN, STIEAD)

Kata Kunci: Kaffah, Sinlammim, System Thinking

Selain surat al-Baqarah [2]: ayat 208, kata Kâffah juga terdapat dalam surat Saba [34] ayat 28 yang menyatakan 2 hal yaitu “pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”.
Jika dalam System Thinking terdapat causal loop positif, maka Islam Kâffah terdapat pembawa berita gembira. Dan sebagai pemberi peringatan merupakan causal loop negatif. Sehingga System Thinking dapat disandingkan dengan Islam Kâffah. Jadi, kalau pendekatan barat adalah System Thinking, maka pendekatan Islam adalah Ekonomi Kâffah.
Pemaparan Ekonomi Kâffah dapat mengambil analogi dari System Thinking. Fungsi Ekonomi Kâffah di sini, untuk menjadi pilihan konsep bila ternyata Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat mulai memperbaiki system ekonomi kapitalis dengan pendekatan system thinking. Dalam hal ini, Ekonomi Kâffah merupakan the rising star yang merupakan paradigma baru dari pertumbuhan pesat Ekonomi Islam. Kehadiran Ekonomi Kâffah menjadi entitas yang berdiri sendiri, memiliki diferensiasi, dan dasar yang kuar dari al-Quran (QS. AL-Baqarah [2]: 208), tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi Kâffah dianalogikan bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki referensi yang terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting sudah merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kâffah muncul bersama konsep System Thinking.
Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kâffah adalah penjabaran dari metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi al-Quran yang berbunyi ‘silmi kâffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam mim.
Metode Sinlammim dalam Ekonomi Kâffah, juga menjadi metode yang baru bagi pengembangan epistemologi system ekonomi Islam secara keseluruhan. Untuk memudahkan pengertiannya maka metode Sinlammim dipersamakan dengan metode System Dynamics yang sudah lebih dulu exist sejak sepuluh tahun terakhir.
Metode Sinlammim secara umum merupakan salah satu solusi untuk menembus kebuntuan kehidupan dalam rangka memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini dirasakan perlunya suatu metode yang lebih baik untuk menjadi perimbangan dalam mengatasi kemandekan ilmu pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan perkembangan peradaban terakhir yang menyatakan bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari permasalahan ekonomi yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan dengan spiritual. Semakin hari manusia semakin menginginkan peradaban yang lebih baik, lebih tajam, dan mampu menjawab semua aspek. Salah satu contoh dari bukti sederhana metode Sinlammim adalah pencarian jati diri dari tangan manusia. Yang semula manusia beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari ini adalah given dari Tuhan, maka dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu adakah pola tertentu yang menjadi standar dari penciptaan jari-jari manusia.
Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu menjawab keingintahuan manusia yang lebih rinci. Pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan metode sinlammim. Dengan pendekatan ini manusia dapat sedikit membuka tabir konsep bentuk jari-jari manusia yang terkait erat dengan nilai spiritual yang ada dalam kitab suci.
Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan bahwa model sinlammim ini ‘mampu atau tidak’ menjadi benchmark bagi setiap penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa dengan pendekatan ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari manusia, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dengan penciptaan selain tangan manusia ini ?

Gambar Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia
Sumber: Lukisan Tangan Sinlammim,
Milik Sendiri, Dr.Ir.H.Roikhan.MA.MM. 2006.

(DR.IR.H.Roikhan,MA.MM)
(S1-ITB, S2-MMUI, S3-UIN)
(Dow Jones, Telerate, Bridge, Moneyline, Reuters)
(UIN, IAIN, STIEAD)

Pembuktian valid atau tidaknya sinlammim sebagai salah satu metode pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial and error, pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh umat muslim sebagai pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang dilakukan sebenarnya tidak membatasi pada muslim maupun non muslim tetapi sekiranya metode ini mampu menghadirkan buah karya dari umat Islam sendiri, mengapa tidak umat muslim inilah yang memulai terlebih dahulu mencari tahu keabsahan metode sinlammim ini.
Untuk metode Sinlammim, juga memenuhi syarat sebagai salah satu pembanding dalam System Dynamics yaitu dengan pola feedbacknya. Elemen pertama adalah Tuhan, kemudian elemen kedua adalah alam, dan feedbacknya adalah ibadah. Bila System Dynamics mensyaratkan feedback sebagai bagian dari struktur sistemnya, maka Sinlammim juga memiliki feedback dalam hubungan di dalam sistem, seperti tersebut di atas.

Tuhan
Alam
Ibadah
Islam Kâffah
Makro
Sukuk
Peluang
System Thinking





(DR.IR.H.Roikhan,MA.MM)
(S1-ITB, S2-MMUI, S3-UIN)
(Dow Jones, Telerate, Bridge, Moneyline, Reuters)
(UIN, IAIN, STIEAD)
Dengan kemampuan ilmuwan barat untuk menguasai bahasa komputer dan teknologi, maka kehadiran platform Powersim merupakan hal yang biasa. Sedangkan dengan kemampuan menerjemahkan konsep Islam Kâffah ke dalam Sinlammim, maka kemunculan formula akar digit adalah hal yang luar biasa, karena di dalamnya tersirat nilai sederhana, ketakterhinggaan, dan bernilai mutlak.

(DR.IR.H.Roikhan,MA.MM)
(S1-ITB, S2-MMUI, S3-UIN)
(Dow Jones, Telerate, Bridge, Moneyline, Reuters)
(UIN, IAIN, STIEAD
)

1 komentar:

  1. Sebenarnya jika kita sandingkan antara ekonomi kapitalis dengan ekonomi yang bebasiskan syariah kita dapat temui bahwa keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda,ekonomi islam sendiri lebih menitiberatkan pada keadilan yang didapat oleh semua orang baik itu yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi tersebut maupun yang bukan,sedangkan ekonomi konvensional yang saya sebut ekonomi kapitalis lebih menekankan pada pencapaian laba yang sebesar-besarnya tanpa memperdulikan kondisi-kondisi di luar ekonomi tersebut..

    Saya sendiri sangat setuju dengan konsep ekonomi islam yang berlandaskan pada konsep kaffahnya,dimana ketika semua aktivitas kita dilandaskan pada ibadah maka aktivitas kita akan menjadi lebih bernilai karena apa yang kita kejar bukanlah tujuan semata(laba)tetapi juga bentuk proses dalam pencapaian tujuan tersebut yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

    Sebenarnya jika kita cermati lebih dalam lagi konsep sinlammim sesungguhnya memang sesuai dengan fitrah manusia, karena disini kita tidak hanya mengandalkan manusia(teknologi) dalam aktivitas sehari-hari namun juga ada hal yang tak kasat mata yang harus di yakini turut berperan dalam kehidupan kita,yaitu peranan sang pencipta dan ketika kita selalu melibatkan unsur Tuhan dalam segala aktivitas kita maka segala aktivitas kita tentulah akan menjadi ibadah..

    Mungkin selama ini dalam pandangan ekonomi secara konvensiaonal dimana unsur Tuhan tidak selalu dilibatkan maka yang terjadi adalah perlombaan dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperdulikan bagaimanakah cara yang digunakan dalam mendapatkan keuntungan tersebut.sehingga kadang kala dalam usaha pencapaian laba tersebut tidak jarang digunakan cara-cara yang merugikan orang lain tentu saja hal ini tidak sesuai dengan prinsip kemanusiaan yang ada.

    Di dunia sendiri ada tiga sistem ekonomi yang dianut sebagian besar negara-negara di dunia yaitu Kapitalisme,Sosialisme dan Gabungan. Dan hampir semua negara-negara di dunia berkiblat ke ekonomi yang di usung Barat.namun akhir2 ini ketika terjadi krisis ekonomi global yang malah diawali oleh kiblat ekonomi sendiri(Barat).sistem ini mulai dipertanyakan.benarkah sistem yang diakui selama ini memang sesuai dengan fitrah manusia?mengapa hanya karena satu sistem yang tidak sempurna menyebabkan kekacauan ekonomi hampir di semua belahan dunia?dan adakah sebuah sistem yang lebih sempurna, yang lebih dapat diterima akal yang dapat menggantikan sistem yang berlaku saat ini? tentu hal ini menjadi pertanyaan yang ditunggu jawabannya oleh para ekonom dunia.

    Islam sendiri memiliki sistem ekonomi secara fundamental berbeda dari system-sistem yang tengah berjalan, ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran-sasaran dan strategi yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia hari ini. Sasaran utama yang dikehendaki islam sesungguhnya bukanlah materi semata tetapi lebih menitikberatkan pada arti kebahagiaan manusia dan kehidupan yang baik yang sangat menekankan pada aspek persaudaraan,keadilan,sosio ekonomi dan pemenuhan kebutuhan spiritual umat manusia.
    Dan tentu saja hal itu dapat di terlaksana jika sistem yang di gunakan adalah sistem yang sesuai dengan fitrah manusia.yaitu sebuah sistem yang tidak hanya menempatkan materi mapun laba sebagai tujuan utamanya tetapi juga menekankan pada keadilan di semua aspek kehidupannya. Kehidupan yang yang seimbang antara materiil dan spiritual.
    Tentu saja itu semua tak terlepas dari peranan kita sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dimana seharusnya dalam setiap tindakan kita haruslah melibatkan unsur Tuhan, sehingga apa yang menjadi aktivitas kita bisa bernilai ibadah dan dapat bermanfaat bagi semua orang..Tuhan akan selalu menjadi feedback buat kita,jika aktivitas yang kita lakukan tidak sesuai dengan aturan-aturan yang Tuhan berikan maka kita dapat segera menyadarinya dan berusaha memperbaikinya..
    Begitu juga dalam segi ekonomi,segala hal yang kita lakukan dalam usaha pencapaian tujuan ekonomi haruslah sesuai dengan aturan-aturan yang ditentukan Tuhan, sehingga tidak ada yang akan merasa dirugikan. Dan konsep ekonomi islam memang sangat sesuai untuk diterapkan menggantikan ekonomi konvensional yang sesungguhnya hanya menguntungkan sebagian pihak saja. Yaitu pihak-pihak yang mempunyai kekuatan berupa modal(Capital),sehingga untuk pihak yang tidak mempunyai kekuatan berupa modal akan lebih sulit untuk bersaing karena dalam ekonomi, pemilik Modal adalah penguasa.
    Islam dan tantangan ekonominya mewakili suatu upaya yang tepat dalam menjawab pertanyaan dan memberikan sugesti bahwa pencarian jawaban-jawaban tidak harus terbatas pada pemahaman barat. Hal ini mungkin akan membuka peluang-peluang baru bagi kemanusiaan. Jika akal pikiran yang bertanya-tanya mau secara jujur dan obyektif mengkaji kebaikan dan kepasrahan sesungguhnya Jawaban-jawaban yang memuaskan dan akurat bagi persolan-persoalan ekonomi masa kini dapat ditemukan melalui pendekatan Islam.



    Puji Astuti
    2008.35.0975

    BalasHapus